Hubungan Manusia Dan Kebudayaan
Hubungan adalah kesinambungan interaksi antara dua
orang atau lebih yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain.
Hubungan terjadi dalam setiap proses kehidupan manusia. Hubungan dapat
dibedakan menjadi hubungan dengan teman sebaya, orangtua, keluarga, dan
lingkungan sosial. Secara garis besar, hubungan terbagi menjadi hubungan
positif dan negatif. Hubungan positif terjadi apabila kedua pihak yang
berinteraksi merasa saling diuntungkan satu sama lain dan ditandai dengan
adanya timbal balik yang serasi. Sedangkan, hubungan yang negatif terjadi
apabila suatu pihak merasa sangat diuntungkan dan pihak yang lain merasa
dirugikan.Dalam hal ini, tidak ada keselarasan timbal balik antara pihak yang
berinteraksi.Lebih lanjut, hubungan dapat menentukan tingkat kedekatan dan
kenyamanan antara pihak yang berinteraksi. Semakin dekat pihak-pihak tersebut,
hubungan tersebut akan dibawa kepada tingkatan yang lebih tinggi.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta
yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Hubungan manusia dengan kebudayaan tentu sangat
terkait. Bagaimana tidak, kebudayaan itulah yang menciptakan karakter dari
manusia itu. Sesorang yang tingkat
kebudayaan dari daerah asalnya tinggal itu cenderung membawa dampak bagi
kehidupan sosialnya. Sesorang yang tinggal di lingkungan yang keras, akan
menciptakan mental dan jiwa raga yang kuat pula. Begitu pula sebaliknya.
Seseorang ataupun bisa juga sekelompok manusia, yang hidup berdampingan dengan
damai, akur, akrab, dan sejahtera, akan menimbulkan efek psikologis yang baik
dan penuh dengan kehangatan. Seberapa besarkah tingkat kebudayaan itu sendiri
bagi manusia? Sangat besar. Seperti contoh diatas, itu sudah sangat memberikan
gambaran dari pertanyaan tersebut.
Hampir semua
tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Tindakan yang berupa kebudayaan
tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Yang saya baca dan saya ketahui,
terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi,
sosialisasi dan enkulturasi. Tidak hanya itu saja, hubungan antara manusia dengan
kebudayaan bisa juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap
kebudayaan. Sebagai manusia, kita mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan
yaitu sebagai penganut kebudayaan itu sendiri, pembawa kebudayaan, manipulator
kebudayaan dan bisa jadi sebagai pencipta kebudayaan. Pembentukan kebudayaan
dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan
penyelesaian, Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan.
Manusia Indonesia dalam hal kebudayaan saat ini
mengalami berbagai rintangan dan halangan untuk menerima serbuan kebudayaan
asing yang masuk lewat Globalisasi, bisa dengan cara dengan penyebaran melalui
perpindahan pulau. Dalam hal ini teknlogi informasi dan komunikasi yang masuk
turut merubah cara kebudayaan Indonesia tersebut baik itu kebudayaan nasional
maupun kebudayaan murni yang ada di setiap daerah di Indonesia. Dalam hal ini
sering terlihat ketidakmampuan manusia di Indonesia untuk beradaptasi dengan
baik terhadap kebudayaan asing sehingga melahirkan perilaku yang cenderung ke
Barat-baratan (westernisasi). Seperti contohnya saja remaja-remaja yang sering
ke diskotik, tempat hiburan malam, cara berpakaian, dan lain-lain. Sehingga,
tidak hanya gaya hidup yang mewah dan berlebihan (menurut masyarakat awam), tetapi
dapat juga mengandung arti dan makna negative. Seperti contoh, pemakaian
obat-obat terlarang. Sekali seseorang terjerat di dalamnya, tidak akan bisa
lepas dari jeratan tersebut. Lalu bagaimana kita menyikapinya? Tetapi tidak hal
ini saja yang patut kita perhatikan. Banyak diluar sana seseorang bahkan
sekelompok manusia yang masih sangat melekat dengan budayanya, sehingga susah
untuk menerima budaya dari luar. Sikap ini deisebut sikap etnosentrime
(kecenderungan setiap kelompok untuk percaya begitu saja akan
keunggulan/superioritas kebudayaannya sendiri dan sikap senosentrisme (sikap
yang lebih menyenangi pandangan/produk asing) yang ternyata merupakan hal
selanjutnya yang dapat menghambat terwujudnya kebudayaan nasional untuk
kemajuan bangsa dan negara.
Sepertinya, sudah saatnya manusia Indonesia berikut
dengan berbagai kebudayaan daerahnya yang ada melakukan suatu bentuk adaptasi
yang sifatnya inovasi/pembaruan dengan budaya Barat/asing seperti dalam hal
kesenian dimana instrumen musik tradisional dipadukan dengan instrumen modern
(alat-alat band dengan teknologi komputernya) maupun perawatan berbagai benda
kebudayaan dengan teknologi asing yang ada sehingga akulturasi dapat
diwujudkan.
Selain itu, media-media seperti TV, radio, dan lainya
juga dapat mempengaruhi kebudayaan manusia menjadi cenderung ke arah negatif.
Menonton sinetron, dan menggunakan cara berakting atau kondisi sinetron di
kehidupan nyata terkadang dan bahkan sering membawa manusia untuk melakukan
hal-hal yang tidak layak untuk dilakukan.
Contoh-Contoh
Hubungan Antara Manusia dengan Kebudayaan
1)
Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh:
Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak
permpuan yang melamar sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
- · Adat lamaran di Minangkabau
2)
Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways of life)
Contoh:
Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di
desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk menonjolkan diri di
antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih mempunyai sikap percaya
pada diri sendiri dan sikap menilai ( sense of value )
3)
Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat
dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial tinggi,
rendah dan menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket, pergaulan, bahasa
sehari-hari dan cara mengisi waktu senggang. Masing-masing kelas mempunyai
kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada
setiap individu.
4)
Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai
masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di
kalangan umatnya.
5)
Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.